Sabtu, 15 Mei 2010

artikel


ARTIKEL KIMIA LINGKUNGAN

LAHAN PETERNAKAN MENCEMARI TANAH


OLEH :

NAMA : GHINA NURDIANA PUTRI

NIM : H1E109070

HARI/TANGGAL : SELASA, 11 MEI 2010

DOSEN PENGAJAR : NOPI STIYATI P. S.Si, MT

PROGRAM STUDI S-1 TEKNIK LINGKUNGAN

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

BANJARBARU

2010





ARTIKEL KIMIA LINGKUNGAN

LAHAN PETERNAKAN MENCEMARI TANAH

Tahukah anda, tanah merupakan tempat penampungan berbagai bahan kimia. Tanah juga merupakan tempat penampungan banyak limbah-limbah dari rembesan penumpukan sampah (landfill), kolam lumpur (lagoon), dan sumber-sumber lainnya (Dr. Rukaesih Achmad, M.Si. ).

Pencemaran tanah adalah keadaan dimana bahan kimia buatan manusia masuk dan merubah lingkungan tanah alami. Pencemaran ini biasanya terjadi karena kebocoran limbah cairan bahan kimia, industri atau fasilitas komersial, penggunaan pestisida, masuknya air permukaan tanah tercemar ke dalam lapisan sub-permukaan, kecelakaan kendaraan pengangkut minyak, zat kimia, atau limbah, air limbah dari tempat penimbunan sampah serta limbah industri yang langsung dibuang ke tanah secara tidak memenuhi syarat (Illegal dumping). Ketika suatu zat berbahaya /beracun telah mencemari permukaan tanah, maka ia dapat menguap, tersapu air hujan, atau masuk ke dalam tanah. Zat beracun di tanah dapat berdampak langsung kepada manusia ketika bersentuhan atau dapat mencemari air tanah dan udara di atasnya (Andri Firnandes, 2009).

Selain itu, pencemaran tanah juga dapat disebabkan oleh peternakan. Hal ini dikarenakan dengan meningkatnya kesejahteraan, penduduk dunia memakan lebih banyak daging dan produk susu setiap tahunnya. Produksi daging global diproyeksikan lebih dari dua kali lipat, dari 292 juta ton pada tahun 1999/2001 menjadi 465 juta ton pada tahun 2005 (Anonim 1, 2010).

Peternakan adalah kegiatan memelihara hewan ternak untuk dibudidayakan dan mendapatkan keuntungan dari kegiatan tersebut. Pengertian peternakan tidak terbatas pada pemeliharaaan saja, memelihara dan peternakan perbedaannya teretak pada tujuan yang ditetapkan. Tujuan peternakan adalah mencari keuntungan dengan penerapan prinsip-prinsip manajemen pada faktor- faktor produksi yang telah dikombinasikan secara optimal. Kegiatan di bidang peternakan dapat dibagi atas dua golongan, yaitu peternakan hewan besar seperti sapi, kerau dan kuda, sedang kelompok kedua yaitu peternakan hewan kecil seperti ayam, kelinci dll. Peternakan ternak Giant, yang dapat rumah ratusan ribu babi, ayam, atau sapi, menghasilkan sejumlah besar limbah sering menghasilkan setara limbah dari kota kecil. Sementara masalah polusi dari peternakan ternak serius mengancam manusia, ikan dan ekosistem. Peternakan secara rutin membuang kotoran ke tanah, sehingga menyebabkan pencemaran Menurut siklusnya,

Ternak sekarang menggunakan 30 % dari tanah seluruh permukaan bumi yang pada umumnya berupa padang rumput permanen tetapi juga menempati 33 % dari lahan subur di seluruh dunia yang digunakan untuk menghasilkan makanan ternak. Pada saat hutan dibabat untuk di buat lahan padang rumput baru, peternakan menjadi penyebab utama penggundulan hutan. Pada waktu yang sama, peternakan menyebabkan degradasi tanah besar-besaran, sekitar 20 % dari padang rumput kesuburannya menurun karena terlalu banyak hewan ternak yang merumput, selain itu tanah semakin padat dan terkikis. Angka ini bahkan lebih tinggi di tanah kering dimana kebijakan dan manajemen ternak mempercepat proses penggurunan tanah.

Zat pencemar utama dari peternakan adalah antibiotik, hormon, bahan kimia dari pengulitan hewan, pupuk dari pestisida yang disemprot ke tanaman. Kehadiran peternakan yang menempati area tanah yang luas serta permintaan terhadap pangan besar juga menyumbang kehilangan keanekaragaman hayati.

Selain itu pencemar tanah dari peternakan berasal dari kotoran hewan yang mengandung nitrat. Dari bakteri akan mengubah nitrogen menjadi nitrat yang kemudian digunakan oleh tumbuh-tumbuhan. Hewan yang memakan tumbuh-tumbuhan kemudian menggunakan nitrat untuk menghasilkan protein di dalam tubuh. Setelah itu, nitrat akan dikeluarkan kembali ke lingkungan dari kotoran hewan tersebut. Mikroba pengurai kemudian mengubah nitrat yang terdapat dalam bentuk amoniak menjadi nitrit. Selain itu, nitrat juga diubah menjadi nitrit pada traktus digestivus manusia dan hewan. Setelah itu bakteri dilingkungan akan mengubah nitrit menjadi nitrogen kembali. Tetapi apabila jumlah nitrit ataupun nitrat yang berada di suatu lingkungan melebihi kadar normal maka siklus ini tidak akan dapat berjalan sebagaimana mestinya. Nitrat (NO3-) dan nitrit (NO2-) adalah ion-ion anorganik alami, yang merupakan bagian dari siklus nitrogen. Aktifitas mikroba di tanah menguraikan sampah yang mengandung nitrogen organik pertama-pertama menjadi ammonia, kemudian dioksidasikan menjadi nitrit dan nitrat. Oleh karena nitrit dapat dengan mudah dioksidasikan menjadi nitrat, maka nitrat adalah senyawa yang paling sering ditemukan di dalam tanah.

Upaya mereparasi pencemaran tanah ini dapat dilakukan dengan cara degradasi tanah, yaitu dengan mengontrol akses dan menghilangkan rintangan di padang rumput biasa. Menggunakan metode konservasi tanah dan silvopastoralisme, juga melarang ternak di daerah yang sensitif, membayar ganti rugi lingkungan atas penggunaan tanah oleh peternakan sebagai upaya untuk memperbaiki degradasi (Anonim 1, 2010).

Selain itu, reparasi tanah juga dapat dilakukan dengan teknologi Superfarm. Teknologi Superfarm adalah suatu teknologi peningkatan kualitas dan kuantitas hasil dari industr pertanian, peternakan, perikanan, dan pengelolaan limbah. Teknologi Superfarm untuk perbaikan tanah adalah dengan menggunakan decomposer superfarm, dimana terkandung di dalam bahan organik dan mikroorganisme yang mampu memperbarui pH tanah, kesuburan tanah. Mekanisme kerja decomposer :

  1. Menekan pertumbuhan bakteri pathogen.
  2. Meningkatkan aktivitas biota tanah yang menguntungkan.
  3. Menetralisir pH tanah.
  4. Menetralisir kadar racun tanah akibat penggunaan pupuk kimia.
  5. Melapukkan bahan organik.
  6. Menguraikan bahan organik menjadi senyawa organik yang mudah diserap.

Manfaat dan keunggulan decomposer :

  1. Mempercepat proses pengomposan bahan organik (3-5) hari.
  2. Meningkatkan kualitas bahan organik.
  3. Menghilangkan bau busuk pada bahan organik.
  4. Mudah digunakan dan di aplikasikan.
  5. Menekan biaya produksi.
  6. Meningkatkan kualitas dan kuantitas produk (Anonim 2, 2010).

DAFTAR PUSTAKA

Achmad, Rukaesih. Kimia Lingkungan. Penerbit Ardi.

Anonim 1. 2010. www.oneearthmedia.net/ind/. Di akses tanggal 3 Mei 2010.

Anonim 2. 2010. Superfarm.blogspot.com. Di akses tanggal 3 Mei 2010.

Firnandes, Andri. 2009. Macam-Macam Pencemaran. Captain

hiyuga.blogspot.com. Di akses tanggal 3 Mei 2010.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar